Selasa, 19 Agustus 2008

Renungan Awal tentang Keislaman Kita

Alhamdulillah, alladzi anzala rasulahu bil huda wa ad-diin al-haq liyuth-hirahu ‘ala ad-diinkullih. Asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadi anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du. Fa inna ashdaqa al-hadits, Kitabullah, wa khaira al-hadiy, hadiy Muhammad wa khairul ‘umuuri awsathuha, fa inna kullu bid’ah dlalalah, wa kullu dlalalah fi an-nar.
-Segala puji bagi Allah Yang Mengutus Utusan-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk diunggulkan di atas semua agama. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarga beserta sahabatnya. Dan seterusnya,… Sesungguhnya perkataan paling jujur adalah Kitab Allah, tuntuanan paling benar adalah tuntunan Muhammad Rasululla, sebaik-baik urusan adalah pertengahannya, dan sesungguhnya setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan berada di neraka.-


Anda seorang muslim? Bila jawabannya ya, saya ingin mengajak Anda –dan diri saya sendiri tentunya- untuk merenungi sejenak ke-Islam-an kita selama ini.

Dalam sebuah ayat Al-Qur’an, Allah Subhahanu wa Ta’ala berfirman:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami"."(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Al-Baqarah: 170).

Ayat di atas adalah “sindiran” dari Allah SWT kepada ummat dimana telah diutus rasul pada mereka. Akan tetapi, ummat tersebut menolak untuk mengikuti dakwah rasul yang datang dari Allah, Dzat Penguasa Alam Semesta dan lebih memilih untuk mengikuti “peninggalan” nenek moyang mereka. Padahal, nenek moyang mereka sendiri tidak mendapat petunjuk sehingga tak tahu apa-apa.

Nah, sekarang mari kita merenung, apakah kita termasuk ummat yang disindir oleh Allah sebagaimana ayat di atas? Sebuah pertanyaan penting sebagai penuntun kita menjawab pertanyaan tersebut. Apakah kita –saya dan Anda-, ummat muslim Indonesia, memeluk agama Islam ini karena benar-benar mengetahui bahwa Islam adalah agama terbaik, agama yang paling benar ataukah kita memeluk Islam karena bapak-ibu, kakek-nenek, paman-bibi, dan saudara-saudari kita juga memeluk Islam? Bila hanya dengan mengaku muslim saja kita bisa masuk surga betapa beruntungnya kita –saya dan Anda- lahir di Indonesia, negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar sebab kemungkinan besar kita lahir langsung menjadi seorang muslim. Bayangkan bila kita –saya dan Anda- lahir di Israel, dimana peluang terbesar lahir sebagai seorang Yahudi yang jelas-jelas dikutuk Allah:

Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina.” (Al-A’raf: 166).
Atau lahir di Philippina, dimana peluang besar lahir sebagai seorang Kristiani? Di India, kemungkinan besar lahir sebagai seorang Hindu, Thailand sebagai seorang Budha, bahkan Rusia sebagai seorang atheis.

Menjadi seorang muslim sebenarnya berarti telah mendapat jaminan tiket menuju surga –setidak-tidaknya itulah keyakinan saya sebagai seorang muslim-. Namun, bila kita hanya menjadi seorang muslim “keturunan” karena bapak-ibu kita juga muslim lebih-lebih menjadi muslim “ikut-ikutan” karena lingkungan sekitar kita muslim, apa bedanya kita dengan ummat yang telah disindir oleh Allah di atas, …….. tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami…?

Itulah mengapa ummat Islam –Indonesia khususnya- tidak mampu menunjukkan fungsinya sebagai rahmatan lil ‘alamiini. Bagaimana mungkin terwujud bila ke-Islam-annya hanya sekedar formalitas, mengikuti arus, tanpa mencari sendiri makna Islam yag hakiki? Allah memperingatkan dengan keras orang-orang yang hanya ikut-ikutan belaka, tak mau berpikir atau menggali sendiri.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (Al-Isra: 36).

Oleh karena itu, di blog ini saya mencoba mengajak Anda semua untuk menyelami makna Islam yang sebenar-benarnya dengan pendekatan penuh hikmah –mohon ma’af, Ke-Islam-an saya sendiri belum begitu sempurna- sehingga pada akhirnya kita akan bersyahadat, “Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa Asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh” ruku’ dan sujud, merendahkan diri di hadapan keagungan Allah yang tiada terkira dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Bukankah kita diperintah ikhlas dalam beragama?

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5).

Adapun bila Anda seorang non-Muslim yang kebetulan membuka blog ini, sengaja ataupun iseng-iseng, marilah saya kenalkan Islam, agama perdamaian yang bervisi Rahmatan lil ‘alamiin (rahmat bagi semesta alam) yang jauh dari stigma-stigma dan hujatan-hujatan negatif yang ditujukan padanya. Marilah saya tunjukkan bahwa Islam is not terrorism!

“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Al-Kahfi:29)